Selasa, 19 April 2011

media visual yang diproyeksikan

MEDIA VISUAL YANG DIPROYEKSIKAN DAN MEDIA AUDIO TRADISIONAL

Makalah ini Disusun sebagai Tugas Semester IV
Mata Kuliah Media Pembelajaran

Pembimbing: Dra.MG.Dwijiastuti, M.Pd








OLEH:
Kelompok 3
1. Adytya Nopriyanto (K7109003)
2. Anarida Dyah Nur Likha (K7109014)
3. Anggraeni Widha Swastia (K7109018)
4. Anggun Dwi Setya Putri (K7109019)
5. Arif Nur Rokhman (K7109033)
6. Fenty Ramah Dany (K7109082)
Kelas IV / A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media Pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka memudahkan siswa – siswi dalam menangkap materi peajaran. Hal ini tentu membutuhkan sebuah keuletan seorang pengajar / guru dalam membimbing murid di dalam kelas, supaya siswa lebih mudah untuk cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan - permasalahan dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran dapat berjalan baik jika didukung oleh berbagai komponen pembelajaran yang berjalan sinegis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Anitah, 2009).
Dalam Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki intelegensi yang berbeda – beda baik laki – laki maupun perempuan, itulah sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, media pembelajaran tentu sudah semakin canggih, apalagi dalam bidang elektronik. Sebagai pengajar tentu harus tahu akan hal ini, dan jangan sampai seorang pengajar dikatakan ketinggalan zaman. Dalam hal ini kami mengacu kepada media proyeksi diam, yakni sebagai media pembelajaran yang bisa digunakan sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa/siswi bisa menyaksikan bentuk/tampilan dari sebuah gambar / slide, seperti penggunaan OHP/ Infokus.
Menurut pandangan penulis didaerah Rokan Hulu sendiri bisa dibilang masih belum sepenuhnya bisa, dalam arti penggunaan media pembelajaran, disamping itu minimnya sarana dan prasarana alat bantu pengajaran juga menjadi penghalang bagi seorang Guru atau Pendidik, dimana harganya juga tergolong masih mahal. Hal ini tentu sebuah fenomena yang harus ditindak lanjuti secara serius baik oleh Pemerintah maupun masyarakat.
Pada kesempatan kali kami dari Kelompok IV akan membahas tentang Media yang dproyeksikan dan media audio tradisional sebagai media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.

2. Perumusan Masalah

Dari Uraian Latar Belakang diatas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penggunaan Media visual yang diproyeksikan dalam kegiatan belajar mengajar?
2. Apa keunggulan Penggunaan Media visual yang diproyeksikan?
3. Apa kelemahan Penggunaan Media visual yang diproyeksikan?
4. Bagaimana mengatasi kelemahan guru dalam penggunaan media visual yang diproyeksikan di dunia yang modern ini?
5. Bagaimanakah penggunaan media Audio tradisional dalam pembelajaran?







BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGGUNAAN MEDIA YANG DIPROYEKSIKAN
Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub). Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi.
Briggs (1985) mengatakan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran, sedangkan Smaldino mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi, media menunjukkan pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber pesan dan penerima pesan (Heinich R, Molenda and Smaldino, 2002).
Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

a. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (dosen) menuju penerima (mahasiswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu mahasiswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran (I Wayan S,2006)
Dalam kegiatan interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach and Ely dalam Ibrahim, 2001) adalah sebagai berikut.
Pertama kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan,kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
a) MEDIA VISUAL
Media visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Media visual yang tidak diproyeksikan
2) Media visual yang diproyeksikan.

Media visual yang diproyeksikan:
Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Oleh karena itu, media ini terdiri dari dua unsur yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni perangkat keras dan perangkat lunak. Melalui pesawat proyektor, materi atau perangkat lunak. Melalui pesawat proyektor, materi atau perangkat lunak yang berwujud gambar, bagan, atau tulisan, dapat diproyeksikan pada layar. Misalnya guru akan menunjukkan gambar-gambar pada transparan atau slide, maka gambar-gambar tersebut adalah perangkat lunaknya. Pesawat proyektor yang digunakan untuk menampilkan gambar itu disebut perangkat keras.
Jenis-jenis media visual yang diproyeksikan:

a. OHT DAN OHP




OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci. Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu :
1. Write on film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung dengan menggunakan spidol.
2. PPC transparency film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin photocopy.
3. Infrared transparency film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.



OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis. Ada dua jenis model OHP, yaitu :

1. OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable.
2. OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa kemana-mana, sehingga ukuran dan bobot beratnya lebih ringkas.


Kelebihan Media OHT/OHP
1. Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di semua ukuran ruangan kelas.
2. Menarik, karena memungkinkan penyajian yang variatif dan disertai dengan warna-warna yang menarik.
3. Tatap muka dengan siswa selalu terjaga dan memungkinkan siswa untuk mencatat hal-hal yang penting.
4. Tidak memerlukan operator secara khusus dan tidak pula memerlukan penggelapan ruangan.
5. Dapat menyajikan pesan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
6. Program OHT dapat digunakan berulang-ulang.




Kelemahan Media OHT/OHP
1. Memerlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan dan penyajiannya.
2. OHT dan OHP merupakan hal yang tak dapat dipisahkan, karena sebuah gambar dalam kertas biasa tidak bisa diproyeksikan melalui OHP.
3. Urutan OHT mudah kacau, karena merupakan urutan yang lepas.

b. Filmstip (Film Rangkai)



Filmstrip ini sama halnya dengan slide, akan tetapi tidak dipotong – potong, melainkan dibiarkan dalam gulungan satu rol, kemudian diproyeksikan dengan proyektor filmstrip. Filmstrip merupakan satu rol film transparan 35 mm, yang berisi serangkaian gambar mati yang saling berkaitan. Film ini ditunjukan melalui pesawat proyektor filmstrip yang dipantulkan pada sebuah layar.
Ada dua jenis filmstrip, yaitu :
1. Ruas rangkap (double frame), ukuran 35 mm merupakan lebarnya
2. Ruas tunggal (single frame), ukuran 35 mm merupakan panjangnya
Pada jenis ruas rangkap, menunjukan gambaran dua kali lebih luas daripada ruas tunggal. Seperti halnya slide, filmstrip juga merupakan suatu gambar diam yang transparan, namun perbedaannya adalah bahwa pada filmstrip gambar tidak dipertunjukan satu per satu yang terlepas satu sama lain, melainkan merupakan suatu rangkaian film. Ruas rangkap maupun ruas tunggal tergantung pada jenis proyektornya. Filmstrip ini digulung dalam suatu gulungan, kemudian dipertunjukan dengan jalan diputar dan akan berjalan terus sampai gulungan film itu habis.

c. Opaque Projector
Nama proyektor ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalau ketiga jenis alat di atas perangkat lunaknya merupakan lembaran plastik atau film yang transparan, maka untuk opaque, perangkat lunaknya tidak tembus cahaya, seperti, gambar dalam majalah, koran, tulisan di buku, dan sebagainya.



Opaque artinya tidak tembus cahaya. Dengan opaque proyektor dapat diproyeksikan benda – benda atau gambar – gambar yang tidak tembus cahaya (non transparan) di atas layar. Gambar – gambar dalam buku, majalah, mata uang, perangko, dapat ditunjukan dengan pesawat ini. Untuk dapat menampilkan benda – benda tersebut, proyektor ini dilengkapi dengan lampu yang cukup besar, biasanya 1000 watt. Jadi melalui pesawat ini, dapat ditampilkan gambar mati (tidak bergerak) seperti halnya slide dan filmstrip, bahkan untuk perangkat lunaknya lebih mudah karena tidak perlu membuat, cukup diambil dari gambar secara langsung.
Kelebihan :
a. Berbagai materi pelajaran dapat ditunjukan secara langsung diambil dari buku, koran, majalah, peta, dsb.
b. Perangkat lunak tidak membutuhkan biaya banyak.
c. Dapat dipakai berulang – ulang.
d. Berbagai objek tiga dimensi seperti serangga, mata uang logam, daun, dapat diproyeksikan.
Kelemahan :
a. Tidak dapat menunjukan gambar yang terang karena materi yang dipertunjukan tidak tembus cahaya, kecuali diperketat dan ruangan gelap.
b. Materi yang diproyeksikan dapat rusak bila terlalu lama diproyeksikan (melengkung atau hangus) karena pemantulan cermin dengan lampu yang cukup besar.
c. Pesawat kurang aman bila tersentuh karena panas.
d. Membutuhkan ruang yang betul – betul gelap, maka kurang cocok untuk pembelajaran (siswa tidak dapat mencatat).

d. Slide (film bingkai)



Slide merupakan suatu gambar transparan dalam bentuk kecil yang bersifat individual, dalam arti dipertunjukkan satu per satu. Bahan transparan dapat terbuat dari cellaluoid (seperti film, tetapi khusus film slide), dari kaca atau plastic bening. Materi yang berupa gambar, kata-kata atau lukisan, dapat ditulis dengan tangan atau hasil pemotretan. Slide biasanya berukuran 24 x 36 mm. Film slide yang telah dicuci, diberi bingkai satu per satu untuk diatur dalam tempat slide sesuai dengan jumlah yang direncanakan, kemudian disajikan melalui pesawat proyektor.
Kelebihan slide
1) Gambar yang bersifat individual, memudahkan guru dalam mengatur urutan penyajian.
2) Materi pelajaran dapat dibuat sendiri oleh guru dengan menggunakan prinsip pemotretan.
3) Lama penyajian satu gambar dapat diatur oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
4) Proyektor slide yang bersifat otomatis, dapat menampilkan sendiri urutan gambar yangf telah diatur.
5) Proyektor slide sederhana sehingga mudah dalam penggunaannya.
6) Dapat digunakan untuk pembelajaran individual maupun kelompok.
Kelemahan slide
1) Tidak dapat memberikan kesan yang berhubungan dengan gerak, emosi, maupun suara.
2) Pembuatan bahan membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan biaya untuk OHP.
3) Gambar yang bersifat individual mudah hilang.
4) Kesalahan menempatkan gambar menyebabkan gambar terbalik pada layar.
5) Tidak dapat menunjukkan kedalaman benda (dimensi ketiga)
6) Slide yang terbuat dari kaca mudah pecah.
7) Sukar menunjukkan hubungan, karena gambar-gambar yang lepas-lepas, sehingga dapat merosot menjadi pertunjukkan gambar.
Tempat atau kotak slide
Sesuai dengan proyektornya, ada tempat slide yang berbentuk bulat dan ada pula yang berbentuk persegi panjang.

b) MEDIA AUDIO TRADISIONAL
Kegiatan mendengarkan (menyimak) dalam pembelajaran meliputi beberapa langkah. Pertama, dalam proses mendengarkan, seseorang mendengarkan secara aktual karena adanya stimulus auditif. Kedua, otak perlu meneruskan stimulus tersebut ke dalam urat syaraf otak memrosesnya. Akhirnya, menghubungkan aspek kognitif yang sesuai dengan informasi baru tersebut ke peristiwa ingatan riil atau ke materi yang telah dipelajari sebelumnya. Seluruh proses tersebut merupakan kegiatan yang kompleks dan intuitif. Mendengarkan merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kegiatan belajar tipe auditif yang efektif.
Dalam media audio ini dibedakan menjadi media audio tradisional dan media audio digital. Namun pada pembahasan kali ini, kita akan membicarakan tentang media audio tradisional.
1. Audio kaset
Media yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran media audio tradisional adalah audio kaset. Media ini ekonomis, tahan lama, dan mudah digunakan, seperti rekaman suara, musik, atau suara – suara yang lain. Pemutar pita kaset tidak mahal di lingkungan belajar, meskipun ada beberapa unit pelajaran yang memerlukan pembicara ( narasumber ) khusus agar pebelajar dapat mendengarkan materi dengan jelas di dalam kelas. Sebagai suplemen pembelajaran, pemutaran audiotape dapat memperkaya pengalaman belajar dan menambahkan unsur sensoris audio seperti musik, suara binatang yang merupakan budaya spesifik. Suatu kelompok kecil pebelajar, memutar kembali program audiotape, dapat meningkatkan kegiatan belajar aktif. Kaset audio cukup ekonomis dan mudah digunakan sehingga para pengajar dapat mengembangkan sendiri aplikasinya dengan berbagai inovasi.
2. Audio siaran
Audio kaset bukan hanya satu – satunya media audio tradisional yang tersedia dalam lingkungan belajar. Siaran audio yang diterima melalui radio, juga bernilai meningkatkan materi pembelajaran. Popularitas acara percakapan radio ( talkshow ) menunjukkan kesaksian akan potensi siaran audio. Pada acara radio siaran nasional, seperti RRI, acara– acara penting yang sifatnya nasional dapat dibawa ke kelas, misalnya siaran peringatan hari kemerdekaan, kebangkitan nasional, pidato Presiden, diskusi yang penting tentang situasi bangsa, dapat menjadi materi diskusi yang menarik dan perlu diajarkan kepada pebelajar.
3. Telepon
Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.










Gambar. Telepon

Guru dapat menggunakan pembicaraan telepon untuk membawa pembicara tamu ke dalam kelas di luar telepon regular (Duffy, dkk, 2003). Jadi kelas dapat menyelenggarakan pembicaraan interaktif dalam waktu yang nyata, langsung, antara tamu ahli dengan para pebelajar. Guru hanya akan mengeluarkan biaya lebih kalau pembicara tamu berada jauh di luar kota.
Kurang bijak kiranya jika sekolah mengambil jalan pintas membuat aturan melarang siswa membawa ponsel ke sekolah sementara sekolah senantiasa dituntut mengikuti laju perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Yang perlu sekolah lakukan berkenaan dengan trend ini adalah mengelola bagaimana memetik sisi positif dengan memberdayakan ponsel siswa sebagai media pendukung pembelajaran.
Misalnya, sekolah mestinya memiliki website resmi (jika memungkinkan) atau setidaknya Blog yang dikelola dengan baik yang di dalamnya disediakan link ke situs-situs lain yang memuat informasi edukatif dan dapat diakses melalui ponsel siswa. Setiap guru di sekolah tersebut diminta berperan sebagai kontributor dengan menyusun resume bahan ajar yang akan dan atau telah dibahas di ruang kelas, syukur jika para guru tersebut mampu membuat bahan ajar dalam bentuk media interaktif untuk di upload dan dapat di-download oleh siswa.
Selain guru, siswa juga diminta berkontribusi untuk memanfaatkan situs sekolah sebagai wahana untuk berkreasi (misal penulisan pantun/puisi, cerpen, resep makanan, dsb), mengungkapkan pendapat, atau sekedar mejeng dengan menampilkan foto-foto terbaik mereka.
Mengantisipasi penyalahgunaan ponsel pelajar di sekolah tentu sekolah harus secara periodik melakukan pembinaan dan pemantauan(dapat dilakukan melalui rasia). Jika ditemukan penyimpangan dari penggunaan ponsel tersebut, siswa bersangkutan dapat diberi sanksi sesuai kadar penyimpangannya. Jika kadar penyimpangannya parah (misal berbau kriminal atau porno vulgar) dapat diberi sanksi dikeluarkan dari sekolah.

Audio sebagai media pembelajaran, adalah suara-suara ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi pembelajaran direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian hasil perekaman tersebut diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya. Alat pemutar ini bisa berupa radio tape, CD player, DVD Player, Ipod dan lain-lain.
Media audio juga merupakan media pembelajaran yang sifatnya searah, sehingga jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik tidak bisa langsung bertanya. Namun demikian, karena sifatnya rekaman, maka jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik dapat memutarnya kembali secara berulang-ulang di mana saja dan kapan saja, sampai akhirnya peserta didik dapat memperoleh kejelasan tentang materi yang sedang mereka pelajari.
Untuk mengatasi kelemahan ini maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Materi yang ada di progam audio maupun radio hendaknya mampu memotivasi agar peserta didik tertarik untuk mendengarkannya sampai selesai. Sehubungan dengan hal ini unsur menghibur perlu diperhatikan tentunya, agar peserta didik tidak bosan dan senang mendengarkannya sampai program selesai.
- Adanya jadwal atau acara tatap muka. yaitu pertemuan antara pendidik dengan peserta didiknya guna mendiskusikan berbagai kesulitan yang ditemui dalam mempelajari materi pembelajaran yang dikemas dalam media audio.

Dampak Media Dalam Pembelajaran
Perangkat teknologi menjadi instrumen pendidikan yang cukup penting sebagai media pembelajaran di ruang kelas.Tidak aneh, saat ini penggunaan peranti komputer jinjing (laptop) menjadi kecenderungan dalam proses pembelajaran di kelas. Demikian beragam peranti teknologi yang lain menjadi “perkakas teknis” dalam proses pembelajaran. Termasuk, antara lain, penggunaan telepon seluler bermuatan materi pelajaran yang menjadi media komunikasi mata pelajaran antara guru dan siswa.
Akomodasi teknologi dalam pembelajaran telah menjadi lazim, meski menimbulkan konsekuensi logis peningkatan biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua siswa. Teknologi mempermudah internalisasi materi pembelajaran di kalangan siswa, mempermudah proses penyerapan bahan ajar dengan metode praktis.Mengkhawatirkan. Di balik kecenderungan kemudahan akomodasi teknologi atau pendidikan yang memakai perkakas teknologi, ada konsekuensi pada masa depan yang mengkhawatirkan. Konsekuensi itu adalah ketergantungan anak didik (siswa) pada produk teknologi yang mahal, sehingga memunculkan sikap anti-inovasi teknologi. Anak didik gandrung akan penggunaan teknologi untuk mempermudah mereabsorbsi bahan ajar, tetapi tak mampu keluar dari belenggu keberadaan nilai guna teknologi.
Itulah yang dinamakan budaya utilitarianisme teknologi yang fatal. Siswa tak bisa belajar tanpa peranti teknologi. Tak bisa menerapkan bahan ajar tanpa menggunakan peranti teknologi. Akhirnya anak didik dikendalikan oleh nilai fungsi dan nilai guna teknologi. Alih-alih bisa mengembangkan teknologi, anak didik benar-benar menjadi kelompok sosial pengguna teknologi.
Banyak upaya mengurangi atau memajukan kompetensi siswa dalam skema inovasi pembelajaran yang menaklukkan teknologi. Misalnya, dengan beragam kegiatan ilmiah pendidikan dan berbagai ajang pengembangan kreativitas olah teknologi. Lembaga pendidikan dan penelitian seperti LIPI, Kementerian Pendidikan Nasional, CSR perusahaan yang peduli pendidikan berupaya mengangkat skema inovasi pengembangan kreasi olah teknologi siswa.
Lomba pemrograman peranti lunak komputer, kreasi robot, inovasi elektronika, studi lingkungan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan melepaskan kultur sekadar sebagai pengguna produk teknologi di kalangan siswa. Sebab, tak sedikit siswa memiliki kecerdasan psikomotorik yang mampu menghadirkan konsep pengembangan teknologi berbasis nilai lokal.
Itu patut diapreasiasi. Meski rancang tindak lanjut dari inovasi teknologi di kalangan siswa begitu lemah, karena keminiman anggaran bagi pengembangan kreativitas teknologi di kalangan siswa dan mahasiswa. Yang menyedihkan, terjadi pembelian hak cipta kreasi olah teknologi para siswa cerdas asal Indonesia oleh berbagai pemegang hak cipta perusahaan korporat global.
Penyimpangan Ironi pula di antara mayoritas siswa yang pasif dalam inovasi teknologi kini juga terjadi penyimpangan penggunaan teknologi. Alih-alih sebagai peranti edukasi, mereka justru menggunakan teknologi sekadar sebagai sarana rekreasi. Komputer, telepon seluler, 4G, mereka gunakan untuk sekadar kegiatan hobi nonedukatif. Itu menjadi peringatan dini bagi kemenjamuran budaya kenaifan teknologi di kalangan generasi muda. Teknologi menjadi candu dan bukan model pengembangan pemikiran.
Karena itulah perlu pengembangan program edukasi teknologi dalam skema inovasi. Pertama, menjelaskan kepada anak didik tentang nilai filosofi teknologi. Teknologi ditempatkan sebagai hasil kreasi pemikiran kreatif manusia dan seharusnya selalu dikembangkan terus-menerus melalui riset dan pengembangan yang berdasar kebutuhan sosial masyarakat. Tidak justru menjadikan teknologi sebagai “berhala” kehidupan, yang membelenggu hakikat dan hasrat inovasi manusia, khususnya anak didik.
Kedua, pendidikan tentang teknologi yang memiliki signifikansi dalam meningkatkan kecerdasan psikomotorik siswa. Jadi siswa bisa memilih model penggunaan teknologi yang kontekstual dengan aktivitas pembelajaran di sekolah dan beragam jenjang pendidikan selanjutnya. Jangan sampai siswa tersandera penggunaan teknologi mahal yang justru tak membawa fungsi edukatif.
Ketiga, menyadarkan tentang peran teknologi sebagai “alat bantu” pembelajaran. Teknologi menjadi instrumen yang memacu imajinasi berpikir siswa dan bukan membuat kejumudan berpikir dan dependen di kalangan siswa dan generasi muda. Jadikan teknologi sebagai pemacu unsur pemikiran yang bisa adaptif dengan kemajuan zaman.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Media visual yang diproyeksikan adalah media visual yang diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Jenis media ini diantaranya : OHP/OHT, Opaque Projector, Slide, dan Filmstrip.
Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis).

B. Saran
Dengan adanya makalah sederhana yang mungkin jauh dari sempurna ini kami harapkan semoga bisa menambah ilmu bagi pembacanya dan kami mengharap agar dalam setiap kegiatan belajar mengajar (terutama Bagi guru) agar selalu memperhatikan, media apa yang sesuai dengan keadaan dan fungsinya.






DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran, cetakan ke-1. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran, cetakan ke-1. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Search engine : www.google.com
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/
http://pgribanjarsari.wordpress.com/2010/01/10/53/
http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/167630309201002061.pdf
http://herusk.wordpress.com/2009/06/15/televisi-sebagai-media-pelestari-seni-pertunjukan-tradisional/
http://blog.unsri.ac.id/userfiles/audio%20Ayu.pdf

media yang diproyeksikan

MEDIA VISUAL YANG DIPROYEKSIKAN DAN MEDIA AUDIO TRADISIONAL

Makalah ini Disusun sebagai Tugas Semester IV
Mata Kuliah Media Pembelajaran

Pembimbing: Dra.MG.Dwijiastuti, M.Pd









OLEH:
Kelompok 3
1. Adytya Nopriyanto (K7109003)
2. Anarida Dyah Nur Likha (K7109014)
3. Anggraeni Widha Swastia (K7109018)
4. Anggun Dwi Setya Putri (K7109019)
5. Arif Nur Rokhman (K7109033)
Kelas IV / A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media Pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka memudahkan siswa – siswi dalam menangkap materi peajaran. Hal ini tentu membutuhkan sebuah keuletan seorang pengajar / guru dalam membimbing murid di dalam kelas, supaya siswa lebih mudah untuk cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan - permasalahan dalam proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran dapat berjalan baik jika didukung oleh berbagai komponen pembelajaran yang berjalan sinegis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Anitah, 2009).
Dalam Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki intelegensi yang berbeda – beda baik laki – laki maupun perempuan, itulah sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Dizaman yang sudah modern seperti sekarang ini, media pembelajaran tentu sudah semakin canggih, apalagi dalam bidang elektronik. Sebagai pengajar tentu harus tahu akan hal ini, dan jangan sampai seorang pengajar dikatakan ketinggalan zaman. Dalam hal ini kami mengacu kepada media proyeksi diam, yakni sebagai media pembelajaran yang bisa digunakan sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa/siswi bisa menyaksikan bentuk/tampilan dari sebuah gambar / slide, seperti penggunaan OHP/ Infokus.
Menurut pandangan penulis didaerah Rokan Hulu sendiri bisa dibilang masih belum sepenuhnya bisa, dalam arti penggunaan media pembelajaran, disamping itu minimnya sarana dan prasarana alat bantu pengajaran juga menjadi penghalang bagi seorang Guru atau Pendidik, dimana harganya juga tergolong masih mahal. Hal ini tentu sebuah fenomena yang harus ditindak lanjuti secara serius baik oleh Pemerintah maupun masyarakat.
Pada kesempatan kali kami dari Kelompok IV akan membahas tentang Media yang dproyeksikan dan media audio tradisional sebagai media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.

B. Perumusan Masalah

Dari Uraian Latar Belakang diatas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penggunaan Media visual yang diproyeksikan dalam kegiatan belajar mengajar?
2. Apa keunggulan Penggunaan Media visual yang diproyeksikan?
3. Apa kelemahan Penggunaan Media visual yang diproyeksikan?
4. Bagaimana mengatasi kelemahan guru dalam penggunaan media visual yang diproyeksikan di dunia yang modern ini?
5. Bagaimanakah penggunaan media Audio tradisional dalam pembelajaran?








BAB II
PEMBAHASAN

Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub). Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara
dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Briggs (1985) mengatakan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah
peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran,
sedangkan Smaldino mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan
sumber informasi, media menunjukkan pada segala sesuatu yang membawa
informasi antara sumber pesan dan penerima pesan (Heinich R, Molenda and
Smaldino, 2002).
Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
a. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (dosen) menuju penerima (mahasiswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu mahasiswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar 2.2





METODE


Gambar 1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran (I Wayan S,2006)
Dalam kegiatan interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach and Ely dalam Ibrahim, 2001) adalah sebagai berikut. Pertama kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan,kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian
secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
a. Jenis Media Pembelajaran
Anitah (2008) membagi media pembelajaran terdiri dari:
a. Media visual, yang terdiri dari :
1) Media visual yang tidak diproyeksikan (media sederhana)
2) Media visual yang diproyeksikan
a) Media audio (tradisional dan digital)
b) Media audio visual
c) Distance learning
d) Online learning
Dalam pembelajaran saat ini yang seringkali digunakan dalam pembelajaran adalah media OHP, VCD, audio tape dan rekaman video.
b. Penggunaan Media Dalam Pembelajaran
Adapun prinsip-prinsip umum penggunaan media adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dalam system pembelajaran.
2. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daya
1. Guru hendaknya memahami tingkat hierarkhi (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya
2. Pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum,
3. selama dan sesudah pemakaiannya
4. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan
5. memperlancar proses pembelajaran
Pertimbangan yang lebih singkat dalam pemilihan mediaadalah:
1) Tujuan pembelajaran, tujuan harus dipertegas bahwa tujuan penggunaan
media pembeljaran dan kawasan yang diukur mungkin kognitif, afektif
dan psikomotor.
2) Pebelajar, sasaran yang akan berinteraksi dengan media adalah peserta
didik dengan jumlah dan karakteristik tertentu serta memiliki motivasi
yang berbeda-beda.
3) Ketersediaan, ketersediaan media yang akan dipilihatau alat yang
digunakan
4) Ketepatgunaan, dipertimbangkan kelebihan dan kelemahan media yang
dipilih
5) Biaya, penggunaan media pada dasrnya dimaksudkan untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi, sehingga pemilihan media diusahakan dengan
biaya minimaltetapi dengan hasil maksimal
38
6) Mutu teknis, media yang akan digunakan harus dicek terlebih dahulu
yang meliputi gambar dan suara
7) Kemampuan SDM, kemampuan manusia dalam menggunakan media
pembelajaran.