Selasa, 07 Desember 2010

untukmu sahabatku...yang aku sayangi

UNTUKMU SAHABATKU . . .YANG TAK KU MENGERTI. . .
            SEMOGA KAU DALAM KEADAAN YANG BAIK LAGI BAHAGIA. . .
 
Bagaimana kabarmu sahabatku? Telah lewat beberapa hari kau tidak menghiraukanku.
Kita juga tak saling sapa, tak saling mengenal atau bahkan mungkin sudah melupakan kalau kita memang pernah kenal…
Sejujurnya, aku kangen. Pada kebersamaan kita, pada canda tawa kita, pada perhatian dan kebaikan hatimu juga pada cerita-cerita sedihmu.
Adakah kau merasakan rindu yang sama, sahabat…? Bila kau merindukannya, bukalah hatimu untuk memaafkanku, bila kau tidak, maka kau harus memaafkanku demi cintamu pada Yang Maha Pemaaf.
Bukankah kau sangat mengetahui bahwa Dia membenci umat yang memutuskan silaturahim…?
Hari-hari telah berlalu…sedang Rasul-mu memberi batas waktu tiga hari saja.
Sejak sms terakhirku tanggal 30 november lalu, sikapmu berubah padaku. Sejak itu pula aku terus bertanya-tanya.
Apakah sebuah kesalahan bila aku ingin menjadi cermin bagi dirimu, sahabatku…?
Barisan kalimat yang kurangkai dengan sayang, semata ingin agar kau bangkit dari keterpurukan, membalut luka, menghapus air mata, untuk kemudian melangkah dengan kelapangan dada.
Sahabatku, sekarang bukan lagi saatnya kau terus bertanya, mengapa ia begini?
Mengapa ia begitu?
Bertanya mengapa hanya akan menimbulkan prasangka-prasangka.
Biarkan proses ini berakhir dengan indah, dengan ucapan maaf dan terima kasih.
 
Ah, sahabatku…aku memang tak cukup arif untuk memberimu nasihat.
Mungkin seharusnya aku tetap menjadi pendengar yang baik dan motivator bagimu.
Tak sepatutnya aku menasihatimu di saat kepercayaanmu padaku belum lagi pulih.
Yah…walau kau coba menguburnya jauh di dasar hatimu, aku dapat merasakan kepercayaan itu tidak mudah untuk kau hadirkan kembali setelah konflik yang terjadi di antara kita beberapa hari terakhir ini, bahkan semenjak kita mulai dekat, saat aku mulai merasakan sesuatu yang mungkin tidak semestinya ada. Semenjak saat itu, kita selalu terlibat konflik..entah aku yang memulainya karena perasaanku yang tak bisa ku pahami ini, atau karena sesuatu hal yang tak ingin diungkapkan dan mungkin ingin mengingkarinya.…
Tapi aku tak pernah bisa untuk membiarkanmu sendiri, tak ada teman..inginku selalu ada saat kau sedang membutuhkan teman...sedang ingin bercerita tentang masalahmu, terutama tentang orang yang kau sayangi...
Aku berusaha untuk bisa menjadi pendengar yang baik dan pemberi solusi..meski hati ini perih saat kau bercerita tentangnya..
Aku hanya ingin bisa menjadi yang terbaik buatmu...
Sahabatku, melihat mu seperti malam itu, saat kau bersedih dan sedang kalut..membuat hatiku tesayat-sayat, betapa inginnya aku mengurangi bebanmu, membantumu kembali berpijak hingga tak ada lagi kesedihan dalam dirimu..

Malam itu tanggal 28 november, usai waktu maghrib, kau mengirim pesan kepadaku...entah kita berbicara apa, yang aku ingat kita sedang merindukan kedekatan yang dulu pernah kita alami. Ya...dulu...sekarang entahlah...
Malam itu, kau bicara suatu hal...kau bilang kau punya perasaan yang sama denganku...mulanya aku tak mau percaya..tapi kau meyakinkanku untuk mempercayainya..
Yaa..dan aku pun percaya..dan paginya kau membuktikan itu...
Begitu senang dan nyaman hati ini saat berada dsampingmu...

Aku yakin saat itu akan berlangsung lama...namun,tidak..
2 malam berikutnya..aku menunggumu, mencoba membiarkanmu, apakah kau masih merasakan hal itu...perasaan yang kau ucapkan pada malam yang lalu...
dan ternyata aku salah...
Benar-benar salah..
Kau menghancurkan rasa nyaman itu,
Aku ingin tahu apa sih sebenarnya yang kau rasakan itu???
Kenapa harus seperti ini, seolah-olah kau ingin mempermainkan perasaanku yang tulus ini...
mmm... ya..mungkin memang pantas!!pantas hatiku dan perasaanku kau mainkan,,,
mungkin juga karena kau merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan ini kepada orang lain..
aku  ingin bertanya suatu hal padamu…
kamu kenal sama mba anggi??yang aku bingung,, knapa kamu sampai bisa ingin kenalan sama kakakqu??kmu ngomong apa sama dia??aku gag tahu apa yang ada dpikiranmu sampai kamu seperti ini,,,kakakqu gag cerita apapun tentang yang kalian bicarakan…tapi, aku pngen tau dari kamu…
aku pngen tahu maksudmu apa,,,apa yang ingin kau sampaikan??
Aku bener-bener bngung dengan sikapmu yang kadang tak bisa ku terima dengan logikaku…sehingga sering membuatku kecewa, marah, sedih, dan gila saat mengingat tingkahmu yang tidak karuan ini, sikapmu yang membuatku selalu merubah pandangan terhadapmu…
Kenapa sikapmu sering berubah??kemaren kau bgini..hari ini kau bgitu…sulit buatku tuk memahami apa yang kamu mau…
Kau membuatku selalu membohongi perasaan…membohongi sikapku dihadapan orang banyak…mungkin mereka yang tidak tahu apa2 tentang ini menganggap bahwa aku baik2 aja..namun, aku tak bisa terus2 bgini…bersikap manis dihadapan oranglain, sok ketawa2, sok terlihat bahagia…padahal batinku tidak…
Mungkin itu juga yg kamu rasakan saat ini…
Tapi aku pngen..gag ada lagi kemunafikan ini…aku lelah membohongi dan memunafikkan diri ku…dan aku yakin kamu juga merasakan demikian..
Kalaupun tak bisa, aku pengen kita saling menjaga perasaan…aku menjaga perasaanmu, dan kamu juga menjaga perasaanku..
Aku hanya ingin tak ada lagi konflik..pengen kita deket kayak dulu… (kalaupun masih bisa dan kamu jg menginginkannya)

Sahabatku sayang
Suatu hari, seorang sahabat berkata pada Rasulullah.
Ya Rasulullah,sesungguhnya aku mencintai si Fulan”. Sahabat itu menunjuk pada seorang laki-laki yang berada tidak jauh dari tempatnya dan Rasulullah berdiri.
Mendengar perkataan sahabat, Rasulullah menyuruh sahabat itu untuk mengatakan rasa cintanya itu kepada si Fulan.

Aku tak cukup punya keberanian untuk mendatangimu dan mengatakannya,
Sahabat, Lidahku selalu terasa kelu untuk mengatakannya. Maka biarlah goresan pena ini yang menyampaikannya padamu.
Sahabat, aku menyayangimu karena Allah”
Dan rasa sayang itulah yang mendorongku untuk berjanji pada diriku sendiri ketika kau mengeluh padaku.

Untuk itulah sahabatku, sebisa mungkin kuluangkan waktu untuk mendengar keluhan-keluhanmu, bahkan terkadang aku terlalu ingin menyelam jauh ke dasar hatimu, yang kau tanggapi dengan dingin.
Tapii…
Hidup begitu penuh dengan pilihan . . .
Hidup atau tidak hidup (untuk tidak mengatakan ‘mati’), berjumpa atau berpisah,
mendekat atau menghindar, mempertahankan atau melepaskan, mengingat atau melupakan . . .
Dan berjumpa denganmu adalah awal . . . ketika aku memulai segalanya untuk:
mengenalmu, jatuh hati padamu, mendekatimu, merasa sakit lantaran merindukanmu, berbahagia, mencintaimu, mengharapkanmu, mengira tak cukup baik bagimu, mempertahankanmu… hingga pada satu titik melepaskanmu…
Hidup adalah aku yang pada akhirnya memilih untuk membebaskanmu… mencintai segala yang ada di sekitarmu, sekalipun aku tak masuk dalam hitungan.
Kadang aku bertanya, bagaimana situasi akan berpihak padaku ketika aku yang dulu justru berdebat dengan waktu perihal kehadiranmu . . .
Tentu tidak akan sama…
Tapi segalanya sudah terlewati, bukan?
Aku dengan kehidupanku, sedang dirimu dengan kehidupanmu.
Maka pada akhirnya aku memilih untuk… terus mengingat kenangan, tentang aku, kamu, dan kita…
Bukan untuk menyesali, tapi mensyukuri hadirmu.. walau dalam jenak…
“Terima kasih.”
Sudahkah aku mengatakannya padamu?
 Jangan kira kamu mengerti tentang aku
Mungkin itu kata yang akan kau ucsapkan ketika aku berbicara didepanmu dan sok tahu tentang semua perihal yang ada padamu..
Kau benar sahabat, satu tahun belumlah cukup untuk aku dapat mengerti dirimu…karena itu, ijinkan aku tetap di sisimu untuk berusaha lebih keras lagi belajar mengerti…Ijinkan aku membayar janjiku…
Sahabatku, maafkanlah aku, bukalah hatimu untuk kembali mempercayaiku, untuk kembali merajut persahabatan yang indah seperti dulu,
Kita mengetahui semuanya akan berakhir seperti ini,
karena sedari awalpun sesungguhnya kita sudah mengadakan persiapan
untuk itu.
Tapi tetap saja, bila waktu itu akhirnya tiba dan menghampiri kita
akan ada semburat kesedihan yang kita rasakan.
Persahabatan ini akan tetap berada di tempatnya.
Karena dia telah ada sebagai pembelajaran hidup bagi kita berdua.
begitu banyak nikmat yang telah kita kecap bersama. Nikmat dan
manisnya sebuah persahabatan yang tulus. Persahabatan yang membuat kita dapat
saling memberikan manfaat bagi yang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia
adalah yang dapat menjadi dan memberikan manfaat bagi lingkungannya
tak henti-hentinya ku bersyukur pada-NYA, yang telah mempertemukan aq dengan mu.
Pertemuan yang ku yakin telah diatur-NYA untuk kita agar kita saling mengenal, saling belajar dan mendewasakan diri, dan memberi dan menerima banyak manfaat satu sama lain.
Dan aq pun tak akan henti-hentinya tetap terus bersyukur pada-NYA, saat segala
yang telah ada pada persahabatan kita harus berakhir. Aq yakin kamu pun akan
merasakan hal yang sama sepertiku. Bersama mensyukuri akhir yang terjadi pada
saat kita berdua telah saling menguatkan satu sama lainnya. Saat kita sepakat untuk
mengakhiri semuanya dengan indah, yakinlah bahwa semuanya ini hanyalah
perpisahan sesaat,
Sahabat, walaupun ke depannya kita tidak bisa saling mendampingi dan berjalan beriring, yakinlah bahwa aq akan selalu ada untukmu dan terus mendukungmu dalam do’a.
Jangan pernah sungkan untuk menemui dan menghubungiku bila kau butuh orang untuk berbagi semua kesedihanmu. Karena kita adalah sahabat sejati.
satu pesanku untuk mu.
Saat kau dihadapkan pada pilihan, diam nyaman atau bergerak untuk lebih baik, dua-duanyanya ada resikonya.
Berani untuk melangkah itu  syarat awal.
Man jada wa jada. If you know it, then do it. Knowing the road is not the same to walking the road. It’s a big difference.


Sahabat
jangan pernah acuhkan dan lupakan aq. Mungkin raga kita tak lagi beriringan, tapi hati dan jiwa kita akan selalu saling berdampingan.

                                                                             Salam manis dariku
                                                                                   sahabatmu

                                                                    (yang semoga masih kau anggap)